SYI’IRAN LAKU HAKIKAT HIDUP:
SYI’IRAN LAKU HAKIKAT HIDUP:
Oleh: Wong Edan Bagu.
Putera Rama Tanah Pasundan
Surabaya Jatim. Rabu Kliwon tgl: 09-09-2009
Wahai … para mustika cahaya,
Yang berjiwa juhud dan mursyid, beraroma wewangi sejati,
Yang berjiwa lembut, cinta kasih dan kasih sayang,
Yang berjiwa perkasa, arif dan bijaksana,
Yang berjiwa pengembala, pengembara dan petualang cahaya,
Yang berjiwa darma membangun dan mendirikan cahaya
membangun dan menabur wewangi sejati.
Sembah sungkem aku sampaikan, sebagai tanda hormat dan
baktiku,
Aku hadapkan diriku, mohon kemurahan, ampunan dan
restumu,
Atas kelancangan, kesombongan dan kecongkakanku.
Mengakui engkau sebagai guruku ………. dan aku sebagai
muridmu,
Mengakui engkau sebagai pembimbingku…. dan aku sebagai
asuhamu,
Mengakui engkau sebagai pewarisku …….. dan aku sebagai
ahli warismu.
Sungguh aku tahu diri dan tidaklah berani, aku tak rela
dan tidaklah layak.
Sungguh jiwaku bergetar. … dan malu tersipu, Tatkala
kukatakan dan tuliskan engkau guruku aku muridmu, dan kau pewarisku aku ahli
warismu, Tatkala ku sebutkan dan akui engkau waliku dan aku ahlimu, dan kau
pembimbingku aku asuhanmu, Karena aku tahu, siapakah diriku dan siapakah
dirimu. Sungguh tak ada maksud lain, hanya karena aku miskin dengan kata dan
bahasa,
Tak ada yang layak dikata untuk para nyawa yang telah
menerangi gelap gulitanya hati, rendah dan bodohnya aku, kecuali itu, Dengan sinar
cahaya luhur, mulia dan keagunganmu, Telah antarkan dan perjalankan aku kepada
Aku, para Aku dan AKU.
Dan hanya karena jalanmulah, aku dapat mengenal diri, dan
para diri, dan bangunan jati diri, Mengetahui mutiara cahaya dan sajatining
Mustika Permata Cahaya, Memiliki nilai arti, makna, misil, siloka dan
kerahasiaan-Nya.
Engkau yang senantiasa hadir mengantar perjalanan,
mendampingi petualangan dan menyertai pengembaraanku di setiap sudut pencarian
dan tempat persinggahan adab kerahasiaan, Kauterangi aku, dikala gelap gulita,
dan kautunjuki aku dikala aku tidak tahu, Kautuntun aku, dikala salah yang
dituju, dan kausirami aku dikala haus dan dahaga, Kautemani aku, dikala sepi
menyendiri, kauhibur aku dikala hati pilu, sunyi dan sepi, Kausuruh aku, dikala
jiwaku diam kaku membeku, dan kauhardik aku dikala aku mati dan kaku,
Kautangisi aku, dikala tersandung malu, dan kau bimbing aku dikala bimbang dan
ragu, Kautolong aku, dikala terjerat tipudaya, kautawai aku dikala tersandung
nafsu terhempas angkara.
Engkaulah yang telah menyiram kasih dan mencurahkan
sayang, Engkaulah yang telah mewariskan cahaya dan mewasiatkan wewangian,
Kauberikan segumpal kalbu setumpuk rasa, kausampaikan salam dan do’a restumu,
Kaucurahkan cinta dan kasih sayangmu, dan kautitipkan amanat wasiat bekal
perjalananku, Kauserahkan tongkat pusaka perjalanan tauhidmu, dan kauwariskan
keris pusaka darma juhudmu, Kauserahkan pakaian pusaka kebesaranmu, dan
kauwariskan kendaraan pusaka petualanganku, Kauserahkan pelita cahaya penerang
hidupmu, dan kauwariskan ilmu perbekalan perjalananku.
Mohon ampun …., atas kebodohan dan kelancanganku,
Sungguh …,
Ku tak sanggup merendahkan harkat, derajat dan
martabatmu, dan tak kuasa merendahkan keluhuran, kemualiaan dan keagunganmu, Ku
tak rela menodai kesucian, tak berani mengganggu kebesaran jatidiri dan
bangunan kesejatianmu Sungguh …, bukannya karena itu ….…, bukan karena itu,
Tapi hanya karena ragaku miskin dengan kata, bahasa dan pengetahuanku.
Aku hormat atas harkat, derajat dan martabatmu, bangga
atas kebesaran nama dan jatidirimu, Aku junjung darma kaluhuran, kemuliaan,
keagunganmu, dan pelihara atas amanat dan wasiatmu, Aku lanjutkan perjalanan
dzikir dan langkah do’amu dan aku teruskan petualangan sholatmu.
Aku senantiasa berharap……
Semoga diberi-Nya kuasa untuk itu …………., agar engkau tak
kecewa karena aku, Semoga diberi-Nya izin dan restu untuk itu ., agar engkau
bangga karena aku, Semoga diberi-Nya kehendak untuk itu ….…, agar engkau tenang
tentram karena aku, Semoga diberi-Nya ridha untuk itu …….……, agar engkau senang
dan bahagia karena aku.
Aku senantiasa berharap …, atas kebesaran dan
keagungan-Nya,
Aku senantiasa berdo’a ….., atas kemurahan, kebesaran dan
kemuliaan-Nya,
Aku senantiasa memohon …, atas kemurahan dan kasih
sayang-Nya.
Semoga kiranya engkau tetap abadi bertahta dalam
singgasana agung dan mulia, Singgasana kerajaan cahaya nyawa …di dalam kerajaan
cahaya Kekasih Yang Mahamulia. Wahai mustika cahaya pemegang tahta pewaris
cahaya …. Sang Penghulu Cahaya …… !
Kubuka ketulusanku .…..…, tuk jalan dan perjalanan
cahayamu,
Kubuka kelapanganku …….., tuk dilalui cahayamu,
Ku bersimpuh tulus …………, tuk meraih percikan cahayamu,
Kusujudkan khusyuk………, tuk menyerap percikanmu,
Kutegakkan niat dan tekad …, tuk menyelami cahayamu,
Kulangkahkan kehendak ……, tuk menaburkan benih cahayamu.
Cahayamu kubuka lebar …, karena kebutuhan untuk jalan
pembuka kegelapan,
Cahayamu kutaburkan ……, karena kewajiban untuk penerang
kegelapan,
Cahayamu kusampaikan …, karena keharusan untuk penebus
kebodohan,
Cahayamu kuwasiatkan …, karena amanat untuk harta
peninggalan,
Cahayamu kusampaikan …, karena wasiat untuk perbuatan,
Cahayamu kuberikan … …, karena keyakinan untuk pegangan.
Semua aku lakukan ;
Karena kemurahan, sebagaimana yang telah engkau buktikan,
Karena keharusan, sebagaimana yang engkau ajarkan dan
pengakuan yang engkau yakinkan,
Karena kewajiban, sebagaimana yang engkau tugaskan, dan
kasih sayang yang engkau contohkan,
Karena bagian, sebagaimana yang engkau lakukan, dan
keinginan yang engkau wasiatkan. Aku merupakan bagian yang meneruskan
perjalanan, menerangi kegelapan, memerangi kebodohan, Aku hanya merupakan
warisan…., yang melanjutkan tahta kebesaran tauhid darma kejuhudan, Aku hanya
merupakan titipan.…., yang memelihara harta kekayaan dan kejayaan dari
keyakinan.
Wahai para mustika cahaya pemegang tahta pewaris cahaya
…. Sang Bangunan Cahaya …… !
Kumohon kelapangan tuk kusampaikan cahayamu .., sebagai
kewajiban,
Kumohon ketulusan tuk kuberikaan cahayamu ……, sebagai
amalan,
Kumohon pengertian, tuk ku titipkan cahayamu …, sebagai
perbekalan,
Kumohon keridhaan, tuk ku wariskan cahayamu …, sebagai
kekayaan,
Ku mohon kepahaman, tuk ku teruskan cahayamu …, sebagai
keharusan.
Semua aku lakukan, … :
Karena kasih sayang yang engkau contohkan,
Karena kemurahan yang engkau buktikan, dan keharusan yang
engkau ajarkan, Karena pengakuan yang engkau yakinkan, dan kewajiban yang
engkau tugaskan, Karena bagian yang engkau akukan, dan keinginan yang engkau
ingatkan.
Aku merupakan bagian … yang meneruskan perjalanan,
Aku merupakan bagian … yang menerangi alam kegelapan,
yang memerangi kebodohan,
Aku merupakan warisan … yang melanjutkan tahta kebesaran,
Aku merupakan titipan … yang memelihara harta kekayaan
dan kejayaan.
Wahai para mustika cahaya pemegang tahta ahli waris
cahaya …. Sang Penabur Cahaya….!
Kumohon ketulusan tuk dapat menyertaiku, sebagai
kemanunggalan,
Kumohon kepahaman tuk dapat mendampingiku, sebagai
perikatan,
Kumohon kebijakanmu tuk dapat melakukan, sebagai
kebersamaan,
Kumohon kearifanmu tuk dapat mengingatkanku, sebagai
persaudaraan.
Semua aku lakukan, … :
Karena kasih sayang yang juga engkau lakukan, dan kemauan
yang engkau inginkan, Karena kejuhudan yang juga engkau buktikan, dan keharusan
yang juga engkau pahamkan, Karena pengakuan yang engkau yakinkan, dan kewajiban
yang juga engkau laksanakan, Karena bagian ketaatan yang engkau akukan, dan
keharusan yang juga engkau ingatkan, Aku juga merupakan bagian … yang
meneruskan perjalanan, melakukan petualangan, Aku juga merupakan bagian … yang
menerangi alam kegelapan, memerangi kebodohan, Aku juga merupakan warisan …
yang melanjutkan tahta kebesaran, memelihara kehormatan, Aku juga merupakan
titipan … yang memelihara harta kekayaan dan kejayaan.
Salam Rahayu kanti Teguh Selamat Berkah Selalu
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com
Post a Comment