SHALAT DAIM:
Memahami Shalat Daim;
Oleh: Wong Edan Bagu
APA ITU SHALAT DAIM??
Sebelum kita mempelajari Shalat Daim, ada baiknya kita
memahami dulu, apa sebenarnya arti dari kata Shalat itu. Arti daripada shalat
adalah mengingat-ingat GUSTI ALLAH (Dzikrullah) di waktu duduk, berdiri dan
melakukan aktivitas dalam kehidupan ini. Sedangkan kata Daim itu memiliki arti
terus-menerus ataupun tak pernah putus.
Jadi, jika kedua kata itu digabungkan maka Shalat Daim itu
berarti mengingat-ingat GUSTI ALLAH tanpa pernah putus. Atau Dzikrullah secara
terus menerus. Salah satu contoh dari Shalat Daim dapat kita tauladani dari
sejarah saat Sunan Bonang menggembleng Raden Mas Syahid sebelum bergelar Sunan
Kalijaga.
Saat itu Sunan Bonang sudah mengajarkan apa yang dinamakan
Shalat Daim pada Raden Mas Syahid. Bagaimana Shalat Daim itu?
Pertama kali Sunan Bonang menyuruh Raden Mas Syahid untuk
duduk, diam dan berusaha untuk mengalahkan hawa nafsunya sendiri.
Menurut ajaran dari Sunan Bonang, Shalat Daim itu hanya
duduk, diam, hening, pasrah pada kehendak GUSTI ALLAH. Raden Mas Syahid tidak
disuruh untuk dzikir ataupun melakukan ritual apapun. Apa rahasia dibalik duduk
diam tersebut?
Cobalah Anda duduk dan berdiam diri. Maka hawa nafsu Anda
akan berbicara sendiri. Ia akan melaporkan hal-hal yang bersifat duniawi pada
diri Anda. Hal itu semata-mata terjadi karena hawa nafsu kita mengajak kita
untuk terus terikat dengan segala hal yang berbau dunia.
Awalnya, orang diam pikirannya kemana-mana. Namun setelah
sekian waktu diam di tempat, akal dan keinginannya akhirnya melemas dan
benar-benar tidak memiliki daya untuk berpikir, energi keinginan duniawinya
lepas dan lenyap. Dalam kondisi demikian, manusia akan berada dalam kondisi nol
atau suwung total. Karena ego dan hawa nafsu sudah terkalahkan.
Demikian juga dengan kondisi Raden Mas Syahid ketika bertapa
di pinggir kali. Ia hanya pasrah dan tidak melakukan ritual apapun. Hanya diam
dan hening. Hingga akhirnya Sunan Kalijaga bertemu dengan GURU SEJATINYA.
“BADANKU BADAN ROKHANI, KANG SIFAT LANGGENG WASESA, KANG
SUKSMA PURBA WASESA, KUMEBUL TANPA GENI, WANGI TANPA GANDA, AKU SAJATINE ROH
SAKALIR, TEKA NEMBAH, LUNGO NEMBAH, WONG SAKETI PADA MATI, WONG SALEKSA PADA
WUTA, WONG SEWU PADA TURU, AMONG AKU ORA TURU, PINANGERAN YITNA KABEH….”
Lewat Suluk Wujil, Sunan Bonang sudah menjelaskan perihal
Shalat Daim yaitu ;
UTAMANING SARIRA PUNIKI,
ANGRAWUHANA JATINING SALAT,
SEMBAH LAWAN PUJINE,
JATINING SALAT IKU,
DUDU NGISA TUWIN MAGERIB,
SEMBAH ARANEKA,
WENANGE PUNIKU, LAMUN ARANANA SALAT,
PAN MINANGKA KEKEMBANGING SALAT DAIM, INGARAN TATA KRAMA.
(Keutamaan diri ini adalah mengetahui HAKIKAT SALAT, sembah
dan pujian. Salat yang sesungguhnya bukanlah mengerjakan salat Isya atau
maghrib (shalat 5 waktu). Itu namanya sembahyang. Apabila disebut salat, maka
itu hanya hiasan dari SALAT DAIM, hanya tata krama).
Shalat sejati tidak hanya mengerjakan sembah raga atau
tataran syariat mengerjakan sholat lima waktu. Shalat sejati adalah SHALAT
DAIM, yaitu bersatunya semua indera dan tubuh kita untuk selalu memuji-Nya
dengan kalimat penyaksian bahwa yang suci di dunia ini hanya Tuhan: HU-ALLAH,
DIA ALLAH. Hu saat menarik nafas dan Allah saat mengeluarkan nafas.
Lebih lanjut Sunan Bonang juga menjelaskan tentang cara
melakukan Shalat Daim lewat Suluk Wujil, yaitu;
PANGABEKTINE INGKANG UTAMI,
NORA LAN WAKTU SASOLAHIRA,
PUNIKA MANGKA SEMBAHE MENENG MUNI PUNIKU,
SASOLAHE RAGANIREKI,
TAN SIMPANG DADI SEMBAH,
TEKENG WULUNIPUN,
TINJA TURAS DADI SEMBAH,
IKU INGKANG NIYAT KANG SEJATI, PUJI TAN PAPEGETAN.
(Berbakti yang utama tidak mengenal waktu. Semua tingkah
lakunya itulah menyembah. Diam, bicara, dan semua gerakan tubuh merupakan
kegiatan menyembah. Wudhu, berak dan kencing pun juga kegiatan menyembah.
Itulah niat sejati. Pujian yang tidak pernah berakhir).
Orang yang telah mengenal Tuhannya akan mampu sholat terus
menerus dalam keadaan berdiri, duduk, bahkan tidur nyenyak. Intinya adalah
segala perbuatannya adalah sholat. Inilah yang disebut “sholat daim”. Aladzina
hum ‘ala sholaatihim daa’imuun. Yaitu mereka yang terus menerus melakukan
sholat (Q.S Al-Ma’aarij : 70:23)
Mereka yang mampu sholat daim adalah mereka yang tidak akan
berkeluh kesah dalam hidupnya dan senantiasa mendapat kebaikan sebagaimana
disampaikan Q.S 70 : 19-22. Nah, sholat daim ini modelnya seperti apa?
Ah.. tentu saja tidak bisa dibeberkan disini karena sholat
daim adalah “oleh-oleh” dari hasil pencarian spiritual manusia. Tidak bisa
diceritakan ke semua orang kecuali mereka yang telah memiliki kematangan
spiritual.
Sholat daim adalah sholatnya orang ‘arif yang telah mengenal
Allah. Ini adalah sholatnya para Nabi, Rasul, dan orang-orang ‘arif. Ilmu ini
memang tidak banyak diketahui orang awam. Lantas bagaimana dengan sholat lima
waktu?
Nah sholat lima waktu sebenarnya adalah jumlah minimal saja
yang harus dikerjakan manusia untuk mengingat Allah. Pada hakekatnya kita malah
harus terus menerus untuk mengingat Allah sebagaimana firman-Nya :
Dan ingatlah kepada Allah diwaktu petang dan pagi (Q.S
Ar-Ruum (30) : 17)
Dan sebutlah nama Tuhanmu pada pagi dan petang. (Q.S
Al-Insaan (76) : 25)
Ayat diatas bukan berarti mengingat Allah hanya dua kali
saja yaitu waktu pagi dan petang sebab makna ayat diatas justru sehari-semalam!
Yakni pagi dimulai dari jam 12 AM-12 PM, sampai dengan petang jam 12 PM-12 AM,
begitu seterusnya. Nah, karena tidak semua orang sanggup untuk mengingat Allah
dalam sehari-semalam maka sholat lima waktu itu adalah merupakan event khusus
untuk mengingat-Nya. Jika orang awam tidak ada perintah sholat lima waktu maka
tentu saja Allah akan mudah terlupakan. Kalau Allah terlupakan maka bumi ini
bisa rusak oleh berbagai kejahatan yang dilakukan manusia. Orang awam perlu
dilatih disiplin melalui sholat lima waktu ini untuk mengingat Allah. Dengan
mengingat Allah, kontrol diri akan lebih kuat.
Namun demikian, janganlah merasa cukup puas hanya dengan
sholat lima waktu. Tingkatkanlah agar kita mampu melakukan sholat daim. Mari
kita simak kembali ungkapan Sunan Bonang yang tertulis dalam Suluk Wujil :
Utaming sarira puniki
Angawruhana jatining salat
Sembah lawan pujine
Jatining salat iku
Dudu ngisa tuwin magerib
Sembahyang araneka
Wenange puniku
Lamun aranana salat
Pan minangka kekembaning salat daim
Ingaran tata karma
Artinya : “Unggulnya diri itu mengetahui hakekat sholat,
sembah dan pujian. Sholat yang sebenarnya bukan mengerjakan isya atau magrib.
Itu namanya sembahyang, apabila disebut sholat maka itu hanya hiasan dari
sholat daim. Hanyalah tata krama”
Dari ajaran Sunan Bonang diatas, maka kita bisa memahami
bahwa sholat lima waktu adalah sholat hiasan dari sholat daim. Sholat lima
waktu ganjarannya adalah masuk surga dan terhindar neraka. Tentu yang mendapat
surga pun adalah mereka yang mampu menegakan sholat yaitu dengan sholat
tersebut, ia mampu mencegah dirinya dari berbuat keji dan mungkar.
Sayangnya, saat ini banyak orang yang hanya meributkan
sholat fisiknya saja dan melupakan hakekat sholat itu sendiri. Seringkali jika
terdapat perbedaan pada gerakan ataupun bacaan sholat, mereka saling ribut
mengatakan sholatnya paling benar dengan menyebut sejumlah Hadist yang
diyakininya benar.
PAWELING;
PIYANDEL lan PAMAIBEN punika angalang-ngalangi pangertos
tumrap dhateng ingkang nyata,
PIYANDEL lan PANGGAYUH punika akibating raos kuwatos; dene
KUWATOS punika ngerem BABLASING PIKIRAN, lajeng trimah ngajeng-ajeng lan
ngganta-ngganta.
(ANA APA-APA KUNCI. LANGKA APA-APA KUNCI. KUWI HAKIKAT
SEJATINING SHALAT DAIM)
( Wong Edan Bagu. Kudus minggu tgl 27/07/2014)
Untuk bisa merasakan makna Hu...Allah, syariat harus baik
dan tertib, dan dijalankan sesuai dengan apa yang tertuang dalam wahyu
Illahi..melalui rasul-rasulNYA...
Semoga Bermanfa’at dan Berkah... Salam Rahayu kanti Teguh
selamat Selalu.
Ttd: Wong Edan Bagu
Putra Rama Tanah Pasundan
Post a Comment