SEDULUR PAPAT LIMA PANCER:

SEDULUR PAPAT LIMA PANCER:
Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
Jakarta Kamis 13 Nov 2014

Banyak orang mengatakan dengan 4 anasir atau empat unsur penyusun tubuh manusia, empat unsur penyusun alam semesta.

Manusia adalah lambang dari alam yang kecil (mikrokosmos) dan alam semesta sebagai lambang alam yang besar (makrokosmos).
Keempat anasir itu pada darah manusia berupa:
1. darah merah sebagai lambang semangat manusia juga amarahnya manusia
2. darah kuning sebagai lambang karunia, harta benda dan kejayaan manusia.
3. darah hitam sebagai lambang kesabaran, kekuatan, keabadian manusia.
4. darah putih sebagai lambang kemuliaan, kejujuran, kefitrahan manusia.
Adapun di alam semesta ada empat unsur yaitu : merah sebagai lambang api, kuning sebagai lambang angin, hitam sebagai lambang tanah/bumi dan putih sebagai lambang air.
Semua unsur diatas bisa menjadi baik dan bisa menjadi buruk tergantung perilaku manusia itu sendiri. Segala nafsu dalam ajaran islam dikenal dengan istilah empat nafsu yaitu aluamah, supiyah, amarah, mutmainah.

Keberadaan nafsu tersebut bisa melalui panca indra kita, dan kekompakan dari keempat nafsu tersebut menghasilkan konsentrasi menjadi manusia yang sempurna.

Sedulur Papat Limo Pancer Dalam Falsafah Kejawen;
Dalam pemikiran Jawa pengertian Sedulur Papat Limo Pancer (Empat Saudara dan Yang Kelima Tengah) mempunyai pengertian yang terus berkembang dari zaman pra-Islam hingga zaman Islam.

Pengertian asalnya adalah penyelarasan antara jagad kecil (manusia-mikrokosmos) dengan jagad besar Alam Semesta (makrokosmos). Saudara yang empat yang ada di jagad besar itu adalah empat kiblat yang ada yaitu timur, selatan, barat dan utara. Ditambah saudara pancer yaitu tengah dimana diri manusia itu berada.

Sedangkan empat saudara yang berkaitan dengan jagad kecil (manusia) adalah apa-apa yang mengiringi kelahirannya. Mereka itu adalah kakang kawah (air ketuban), adi ari-ari (plasenta), getih (darah) dan puser (tali plasenta). Sedangkan yang kelima pancernya adalah diri manusianya itu sendiri.

Dari pengertian asal ini kemudian berkembang dengan adanya pengaruh agama Hindu. Sedulur papat (empat saudara) kemudian dimaknai selain sebagai empat kiblat juga kemudian dimaknai sebagai unsur alam yang menjadi pembentuk jasad manusia. Empat anasir ini adalah bumi/tanah, air, api dan angin. Sedang yang kelima pancer adalah diri manusia itu sendiri.

Bagi orang Jawa semua ’sedulur’ tadi harus diruwat, dirawat dan dihormati dengan cara diselamati dengan ‘bancaan’ atau tumpengan. Mereka semua dianggap ‘pamomong’ atau penjaga manusia. Biasanya penyebutan untuk mereka dan sekalian untuk unsur-unsur alam semesta disebut dengan “sedulurku sing lahir bareng sedino, sing ora lahir bareng sedino, sing kerawatan lan sing ora kerawatan”. Artinya : “saudaraku yang lahir bersamaan sehari denganku ( air ketuban, ari-ari, darah kelahiran, tali plasenta,dan ruh/jiwa ), saudara yang tidak lahir bersamaan (unsur alam semesta ), yang terawat maupun yang tidak terawat”.

Namun pengertian ini kemudian berkembang lagi dengan adanya pengaruh agama islam. Oleh Kanjeng Sunan Kalijaga ( ?) kemudian ditambahkan pengertian baru yang bernafaskan Islam. Yaitu empat saudara itu adalah empat jenis nafsu manusia sedangkan yang kelima pancer adalah hati nurani atau ‘alam rahsa / sirr’. Unsur empat nafsu adalah nafsu aluamah, sufiyah, amarah dan muthmainah.

Nafsu aluamah berkaitan dengan insting dasar manusia. Yaitu keinginan untuk makan, minum, berpakaian, bersenggama, dll. Dikatakan bahwa nafsu aluama ini terjadi karena pengaruh unsur tanah yang menjadi unsur pembentuk jasad manusia.

Nafsu sufiyah berkaitan dengan keinginan duniawi untuk dipuji, untuk kaya, mendapat derajad dan pangkat, loba, tamak dll. Nafsu ini berpadanan dengan sifat udara yang menjadi unsur pembentuk jasad. Sifat dari udara adalah selalu ingin memenuhi ruang selagi ruang itu ada (ruang kosong).

Nafsu amarah berkaitan dengan keinginan untuk mempertahankan harga diri, rasa marah, emosi dll. Dikatakan nafsu ini mendapat pengaruh dari sifat panas / api yang menjadi pembentuk jasad mansia.

Nafsu muthmainah adalah nafsu yang mengajak kearah kebaikan. Dikatakan bahwa nafsu ini mendapat pengaruh sifat air yang juga menjadi pembentuk jasad manusia.

Untuk penyebutan unsur kelima pancer ada bermacam-macam penafsiran. Ada yang mengatakan Nur Muhammad, ada yang mengartikan sebagai ‘guru sejati’, ada yang menyebut ‘roso jati sejatining roso’ (rasa sejati, sejatinya rasa). Intinya saudara pancer yang kelima itu adalah unsur ’super ego’ yang menjadi sumber nilai bagi manusia. Dalam hal ini penulis cenderung mengartikan sebagai “bashiroh” yaitu mata hati yang bersumber dari kesejatian ‘min Ruhi’ yang dianugerahkan oleh ilahi.

Keempat nafsu yang ada harus ‘dirawat’, diatur, diseimbangkan dan harus berjalan dibawah kendali akal dalam bimbingan hidayah ilahi. Itulah makna dari ‘angaweruhi’ (merawat) sedulur papat limo pancer.

Namun bagi saya, pemaknaan yang konfrenhensif yang melibatkan macam-macam pengertian yang ada itulah yang harus kita hayati. Yaitu mengakui dan menyelaraskan diri kita (mikrokosmos) sebagai bagian dari jagad besar (makrokosmos) dan sekaligus pengendalian diri kita atas nafsu-nafsu kita dibawah akal dan dalam ‘pituduh’ (petunjuk / hidayah) ilahi. . . Semoga; Artikel tentang  SEDULUR PAPAT LIMA PANCER  ini... Dapat bermanfaat bagi kita semuanya.  Sebagai wawasan dan tambahan pengalaman. Salam kasih damai nan bahagia selalu kanti Teguh Rahayu Slamet Berkah Selalu  dari saya untukmu sekalian yang terberkahi Allah Ta’ala. Amiin dan Terima kasih.
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan

http://webdjakatolos.blogspot.com