Perjalanan Hidup Manusia:
Perjalanan Hidup Manusia:
Oleh: Wong Edan Bagu.
Putera Rama Tanah Pasundan
Jakarta tgl
17-07-2014
Manusia hidup dengan jalan hidupnya masing-masing. Ada
yang kuliah, ada yang kerja, bahkan ada pula yang pengangguran. Ada yang kaya,
ada yang sederhana, bahkan tidak sedikit pula mereka yang miskin. Jalan hidup
memang merupakan kapasitas dan kadar kemampuan dari seorang hamba yang telah
Allah berikan untuknya. Orang kaya di uji dengan kekayaannya, dan orang miskin
di uji dengan kemiskinannya. Dengan segala perbedaan ujian itu, dapat
dipastikan bahwa kapasitas dan kadar kemampuan seorang hamba pun juga
berbeda-beda.
Banyak yang mengira bahwa menjadi kaya itu pasti
menyenangkan. Tapi tak sedikit pula orang yang hartanya berlimpah justru
kecemasannya berlebih dari orang yang kurang mampu. Cemas akan hartanya yang
takut kehilangan, cemas akan kenikmatan duniawi yang dapat membuatnya lalai
akan adanya Allah, dan cemas apabila dia mati nanti, dia akan meninggalkan
hartanya yang tidak sedikit jumlahnya. Kecemasan-kecemasan seperti itulah yang
akhirnya membuat banyak orang kaya menjadi stress.
Banyak, atau mungkin hampir semua orang yang kurang
mampu, berharap bisa menjadi orang kaya. Bisa kerja, kuliah, mempunyai hand
phone terbaru, memiliki banyak uang, selalu punya sepatu dan baju baru, dan
segala kenikmatan-kenikmatan duniawi yang sebenarnya semua itu hanyalah teman
sesaat kita di kala hidup di dunia ini. Setelah itu, tak dapat lagi mereka
menemani kita di kehidupan selanjutnya. Hanyalah sebuah kain kafan berwarna
putih, pakaian agung dari yang teragung, yang akan kita gunakan untuk menghadap
Allah swt.
Jangan mengira memiliki semua kemewahan itu bisa membuat
kita bahagia. Biasanya kemewahan itu hanyalah modal utama dari rasa keserakahan
kita untuk memonopoli diri kita sendiri. SADARLAH! Mungkin semua itu bukan yang
terbaik untuk kita. Bisa saja kemewahan itu akan membuat kita lupa akan adanya
Allah, akan adanya alam akhirat, akan adanya surga dan neraka, sehingga kita
lalai akan kewajiban-kewajiban kita sebagai umat Nabi Muhammad saw.
Jangan pernah mengutuk diri sendiri jika kita terlahir
sebagai seorang yang tidak berada. Sebab bisa jadi, yang sedikit itu mungkin
bisa membawa kita pada keberkahan, membawa kita pada kebaikan, dan membawa kita
pada ketenangan. Bisa jadi yang sedikit itu adalah amal untuk kita sebagai
hamba yang selalu berucap syukur pada Allah swt di setiap keadaan. Insya Allah.
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud ra. berkata,
Rasulullah bersabda kepada kami, sedang beliau adalah orang jujur dan
terpercaya, “Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim
ibunya selama empat puluh hari berupa nutfah (sperma) kemudian menjadi ‘alaqah
(segumpal darah) selama waktu itu juga kemudian menjadi mudghah (segumpal
daging) selama waktu itu pula, kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan
roh kepadanya dan mencatat empat perkara yang telah ditentukan yaitu rizki,
ajal, amal perbuatan, dan sengsara atau bahagianya.
Maka demi Allah yang tiada Tuhan selainNya, sesungguhnya
ada seseorang diantara kalian beramal dengan amalan penghuni surga, sehingga
tidak ada jarak antara dirinya dengan surga kecuali sehasta saja, namun
ketetapan (Allah) mendahuluinya, sehingga ia beramal dengan amalan ahli neraka,
maka ia pun masuk neraka.
Ada seseorang diantara kalian beramal dengan amalan
penghuni neraka, sehingga tidak ada jarak antara dirinya dengan neraka kecuali
sehasta saja, namun ketetapan (Allah) mendahuluinya, sehingga ia beramal dengan
amalan penghuni surga, maka ia pun masuk surga” (HR. Bukhari dan Muslim)
Yakinlah pada diri sendiri. Rizki, jodoh, dan kematian
sudah ditentukan oleh Allah. Kita sebagai hambaNya hanya tinggal menjalani
tanpa terlepas dari ikhtiar, do’a, dan tawakkal padaNya, sesuai dengan jalan
hidup kita masing-masing.
Muga Bermanfa’at.
Salam Rahayu kanti Teguh Selamat Berkah Selalu
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com
http://wongedanbagu.blogspot.com
Post a Comment