Nilai Diri Anda:
Nilai Diri Anda Tidak Dapat Diganti dengan Uang atau
Apapun yang Anda Miliki:
Oleh: Wong Edan Bagu.
(PRTP)
Jakarta tgl 1-07-2014
Pernahkan Anda memikirkan berapa nilai diri Anda yang
sesungguhnya? Referensi yang paling cepat, barangkali, adalah penghasilan Anda.
Anda bisa mengetahui gaji setiap bulan dari slip gaji Anda. Di sana tertera
angka yang memberikan fakta bagaimana perusahaan menghargai kontribusi Anda.
Ukuran lain yang sering digunakan khalayak umum untuk
mengukur harga diri adalah harta, jabatan, gelar, status sosial, atau
popularitas. Bila Anda memiliki nomor pajak wajib pajak (NPWP), dan secara
rutin Anda memberikan laporan pajak Anda, banyaknya harta Anda tertera pada
laporan Anda.
Begitu juga jabatan. Jabatan yang tertera pada kartu nama
Anda bisa memberikan informasi kepada orang lain tentang apa yang Anda kerjakan
sehari-hari di kantor. Gelar bisa Anda raih. Bila Anda mempunyai minat dan
modal untuk studi di perguruan tinggi, Anda bisa mendapat gelar.
Status sosial Anda bisa ditelusuri lewat informasi
tentang berapa baik Anda dikenal di masyarakat.
Begitu juga dengan popularitas ataupun pengaruh Anda; itu
bisa ‘diukur’ lewat survey-survey kecil atau random atau dianalisa melalui
perkataan, tulisan atau tindakan Anda.
Sekalipun penghasilan, harta, jabatan, gelar, status
sosial, popularitas, atau pengaruh bisa memberi indikasi tentang nilai diri
seseorang, ukuran ini tidaklah mutlak. Ukuran-ukuran ini sementara sifatnya.
Penghasilan ataupun harta tidaklah abadi. Hari ini harta ada, besok bisa
lenyap.
Perkataan kuno mengatakan, “Janganlah bersusah payah
untuk menjadi kaya; tinggalkanlah niat seperti ini. Kalau engkau
mengamat-amatinya lenyaplah ia karena ia tiba-tiba bersayap lalu terbang ke
angkasa seperti rajawali.”
Begitu juga dengan jabatan. Hari ini Anda bisa memiliki
jabatan, besok lusa jabatan Anda bisa diisi orang lain. Tahun ini Anda mendapat
gelar, lima tahun kemudian, bila Anda tidak menekuni topik yang Anda pelajari,
gelar itu sudah tidak lagi valid. Begitu juga status sosial, popularitas, dan
pengaruh- semuanya bisa berubah.
Anda mungkin belum seberuntung orang lain. Anda telah
melamar pekerjaan, tapi lamaran Anda belum dijawab. Anda sosok yang rajin di
kantor dan memiliki hati nurani yang relatif bersih, tetapi Anda belum
mendapatkan penghasilan yang ‘baik.’
Pekerjaan Anda tidak kelihatan begitu bonafit. Anda sudah
bekerja keras, tetapi penghasilan Anda tetap kurang untuk menutupi kebutuhan
rumah tangga Anda. Anda masih mencicil rumah atau baru bisa mengontrak rumah.
Anda tidak perlu risau, minder atau menganggap bahwa
nilai diri Anda kurang berarti sekalipun kondisi Anda seperti salah satu yang
saya sebut di atas. Penghasilan sekecil apapun, bila didapat dengan cara yang
benar, itu jauh lebih baik dari pada penghasilan besar yang didapat dengan cara
tidak benar.
Penghasilan besar, tapi dari hasil perampasan, penipuan,
atau pemerasan, bukanlah penghasilan yang perlu Anda kagumi. “Lebih baik
penghasilan sedikit disertai kebenaran, dari pada penghasilan banyak tanpa
keadilan,” begitu pepatah kuno. Begitu juga harta yang didapat dengan cara tidak
benar, gelar yang dibeli, dan popularitas semu- ini semua tidak ada artinya.
Namun, nilai diri Anda yang sesungguhnya tidak diukur
dengan uang, harta, jabatan, status sosial, gelar atau popularitas. Sebanyak
apapun penghasilan atau harta Anda, setinggi atau serendah apapun status sosial
Anda, setinggi apapun gelar Anda, sehebat apapun popularitas Anda- ini tidak
bisa menggantikan harga diri Anda yang sesungguhnya.
Martabat Anda yang sesungguhnya tak ternilai. Harga diri
Anda tak
terhingga dan harga diri ini tidak diberikan oleh manusia
atau malaikat, tetapi diberikan oleh Tuhan yang Maha Kuasa. Ia menanamkan
kekekalan dalam diri kita masing-masing.
Namun, ini tidak berarti Anda dan saya menjadi pasif-
menerima diri kita apa adanya. Masih banyak potensi-potensi yang belum kita
ketahui atau sadari dan yang belum terungkap. Kita mungkin belum menemukan diri
kita yang sesungguhnya. Kita harus menggali nilai diri yang tersimpan dalam
diri kita masing-masing.
Anda dan saya diberikan tugas untuk mengaktualisasikan
potensi diri kita masing-masing. Kita harus mengasah dan mempertajam keahlian
kita. Kita harus terus mencari identitas kita yang sesungguhnya.
Tentu, pencarian identitas diri tidak berarti bahwa pada
akhirnya kita akan selalu sama dengan orang lain. Tidak ada jaminan bahwa Anda
harus berpenghasilan belasan, puluhan atau ratusan juta per bulan.
Bila Anda sudah mengerjakan pekerjaan sesuai bakat Anda
dengan sungguh-sungguh dan Anda mengikuti etika untuk manusia dan hukum alam,
Anda sudah melakukan hal yang terbaik sekalipun penghasilan Anda kecil.
Tiap orang punya rezekinya masing-masing; tiap orang
mendapat karunia masing-masing. Kita hanya perlu mengenal diri kita,
mengaktualisasikan nilai diri kita, menemukan dan mengasah karunia dalam diri,
dan setia menggunakannya. Dengan demikian, nilai diri yang tertanam dalam diri
bisa dinyatakan dalam kehidupan yang singkat ini…
Muga Bermanfa’at.
Salam Rahayu kanti Teguh Selamat Berkah Selalu
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com
http://wongedanbagu.blogspot.com
Post a Comment