Menyelusuri Jejak Tuhan:
Menyelusuri Jejak Tuhan:
Oleh: Wong Edan Bagu
Seorang ateis mengatakan pada saya Tuhan saya adalah alam
semesta, terus dia bertanya sama saya Tuhan kamu siapa? Saya menjawab “sesuatu
yang mengasihi dan yang menyayangi”. Terus dia bertanya penasaran, siapakah itu
? Apakah suatu wujud yang nyata atau abstrak ? Saya jawab, yang nyata dan
abstrak. Seorang agamis mengatakan pada saya Tuhan saya adalah Allah yang gaib,
terus dia bertanya sama saya, Tuhan kamu siapa ? Saya menjawab percis apa yang
saya katakan kepada teman saya yang ateis.
Kata Tuhan adalah symbol, entah siapa yang menciptakan nama
itu, begitu juga kata Allah sama hanya symbol, juga entah siapa yang
menciptakan nama itu. Bagi saya tidak terlalu penting untuk menelusuri sejarah
timbulnya penamaan tersebut karena yang terpenting adalah mengetahui dengan benar
essensi dari kata Tuhan atau Allah tersebut. Kenapa saya sebut Tuhan itu adalah
sesuatu yang mengasihi dan menyayangi ? ya, karena dari mana lagi kita
menelusuri jejak Tuhan kalau (tidak) dari segi kebaikan, masa kita menelusuri
dari segi keburukan atau kejahatan.
Coba saja lihat di sekitar kita apa dan siapa itu sumber
yang mengasihi dan menyayangi itu, tentu kita tidak akan pernah menyangggah
sumber kasih dan sayang itu ada pada ayah dan ibu kita, juga pada alam dengan
kekayaan di dalamnya ada tanah tempat berpijak, ada tumbuhan dan binatang untuk
mendukung supaya manusia tetap hidup, ada udara, air, api, bulan, bintang,,
matahari dll semuanya tanpa pernah kita minta dan tak peduli kita orang baik
atau jahat semuanya memberikan kehidupan kepada kita tanpa pilih kasih. Sumber
kasih dan sayang yang lain adalah pada diri kita sendiri sebagai manusia, tanpa
ada organ tubuh, sel-sel dan roh kita tidak akan hidup sebagai manusia
seutuhnya. Dengan kata lain hidup akan indah kalau kita menghargai orang tua
kita, alam semesta dan diri kita sendiri kepada sesama manusia. Dari ketiga
sumber itulah kita bisa menelusuri jejak Tuhan atau Allah itu.
Menelusuri siapa diri kita, maka diri kita adalah dari kedua
orang tua kita, kedua orang tua kita dari kakek kita, kakek dan nenek kita dari
buyut kita, buyut kita dari dst dst…sampai lah kita symbolkan dengan nama Adam,
sebagai manusia pertama. Dan nama Adam pun adalah suatu symbol bukan suatu
fakta sejarah. Symbol untuk bahan perenungan dan bahan pengkajian diri. Jadi
siapakah orang tua sejati kita ? tak lain dia lah sang sumber kehidupan, sang
sumber kasih sayang, jadi tidak salah bila dalam agama (islam) pemeluknya
supaya menghormati orang terdahulu, bahkan diperintahkan untuk mengadakan
hubungan telepati (tawassul) dengan para leluhur kita. Jadi jangan salahkan
agama pagan (agama asli) nusantara yang mana ritual mereka kental dengan sesaji
untuk menghormati roh leluhur nya.
Di dalam sejarah Islam ada peristiwa Miraj Nabi Muhammad,
yang mana ketika dalam perjalanannya ke langit, sang Nabi bertemu dengan para
Nabi pendahulunya seperti Ibrahim, Musa, Yusuf, Isa. Sampai sang nabi mampu
berdialog (telepati) dengan mereka untuk mendapatkan bimbingan kepada dirinya
supaya dia bisa menyiarkan tauhid sesuai dengan zamannya. Itulah proses menelusuri
jejak Tuhan pada kedua orang tua kita, sehingga orang kristen menyebutnya
sebagai Tuhan Bapa, dia yang menelusurinya disebut Anak Tuhan, Energi untuk
bisa berkomunikasi dengan Bapa disebut roh kudus. Jadi sebenarnya Trinitas itu
hakekatnya adalah ketunggalan, istilah sekarang ‘three in one’. Dalam Islam pun
demikian ada Trintas seperti Nur Allah-Nur Muhammad dan Nur Insan, gak ada beda
yang membuat seperti berbeda nyata adalah istilah belaka.
Menelusri jalur orang tua untuk menemukan sumber kasih sayang
adalah jalur metafisik, sehingga jalur ini sangat tidak dipahami oleh para
ateis yang selalu mengedapankan rasio dan logika tetapi sebenarnya hal ini ada
di jalur agama, tetapi kenapa justru ummat beragama nya sendiri tidak percaya
bahkan tidak sedikit yang menolak hal ini dengan alasan musryrik, sesat,klenik
dll. Hal ini dikarenakan kebanyakan umat beragama hanya memahami agama dari
ketataan menjalankan kewajiban saja belum mencapai keyakinan, karena keyakinan
itu ada di wilayah metafisik. Jadi sekali-kali janganlah menjadi anak durhaka
pada kedua orang tua kita, ilmu segede gunung pun tentang ketuhanan bila
durhaka pada kedua orang tuanya sama saja membelakangi Tuhan. Sebaliknya bila
ilmu ketuhanannnya minim tapi dia hormat dan santun kepada kedua orang tuanya
berarti Tuhan masih memberikan pintu untuk menuju Nya.
Menelusuri jejak Tuhan dari alam adalah menelusuri jejak Nya
dari suatu materi/ benda yang nyata. Kita bisa hidup karena makan makanan,
entah itu dari hewan maupun tumbuhan juga air. Kita pernah baca siklus
fotosintesa, ternyata siklus itu berbentuk lingkaran. Tumbuhan tumbuh karena
adanya sinar matahari, tumbuh menjadi pepohonan, buah-buahan, sayuran kemudian
dimakan oleh manusia dan hewan, kemudian hewan pun di makan oleh manusia.
Begitu juga siklus air, air turun ke bumi karena adanya sinar matahari, inti
nya dalam hal ini matahari adalah sumber kehidupan. Jadi tidak lah salah
penganut agama shinto di Jepang menyembah matahari.
Matahari yang kita lihat ini adalah satu bintang dari
milyaran bintang di langit lepas. Apakah kita harus menyembah matahari ? tentu
tidak ! tapi mereka yang menyembah juga tidak salah tapi belum sempurna. karena
banyak matahari-matahari yang tak terhingga di langit lepas ini. saking tidak
terhingganya maka symbol Tuhan pun adalah suatu lingkaran, artinya tak bertepi
! Banyak symbol agama di dunia ini menggunakan Bintang sebagai symbolnya
seperti Yahudi, Islam. Alam semesta atau jagat raya ini senantiasa memberikan
kasih dan sayang nya kepada manusia tanpa pernah berhenti. Jadi menjaga,
memelihara alam adalah salah satu bukti bahwa anda sudah mengenal Tuhan.
Yang ketiga menelusuri jejak Tuhan pada diri kita sendiri,
inilah jalan spiritual. Karena alam jagat raya yang memberikan kehidupan pada
manusia, ternyata tubuh manusia pun yang tersusun dari milyaran sel memberikan
kehidupan kepada kita. Bila sel-sel yang menopang kehidupan kita terjangkiti
virus/ penyakit dari luar maka kita akan mengalami sakit/ cacat/ mati. Tubuh
manusia itu ibarat replika nya jagat raya, bahkan dalam Islam disebutkan
berkali-kali kata-kata penting seperti : Manusia itu adalah citra Tuhan, Rasa
Tuhan adalah rasa manusia, Baitullah itu di Hati manusia dan banyak lagi
kalimat-kalimat yang menggugah kita untuk menerawang ke dalam diri. Hanya manusia
lah yang bisa berpikir untuk menguak rahasia Tuhan, alam nyata dan abstrak.
Berpikir dengan otak/ akal ini lah jalan satu-satunya manusia bisa menemukan
jati dirinya. Tapi kenapa orang beragama tidak memahami hal ini ? Ya, karena
dalam mengkaji ajaran agamanya hanya menggunakan hati, tidak memaksimalkan
menggunakan otak untuk berpikir terus menerus.
Hati itu ibarat akar, pohon tidak akan tumbuh ke atas kalau
tidak disinari matahari, disiram air. Nah untuk tumbuh ke atas supaya tidak
statis itulah manusia harus menggunakan otaknya, karena ajaran agama itu sarat
dengan makna simbolik/ perumpamaan termasuk kata Allah, Tuhan pun adalah suatu
symbolik. Kalau kata Allah nya sudah symbolik bagaimana turunannya ke bawah ?
betul juga kata para sufi ” barang siapa yang mengenal dirinya maka akan
mengenal Tuhannya ” mengenal diri nya berarti pemikirannya sudah ber sumber
dari dalam dirinya sudah tidak melihat lagi keluar, mengenal dirinya berarti
sudah percaya pada dirinya sendiri, mengenal dirinya itu berarti pola pikirnya
sudah terbebas dari doktrinitas dari luar dirinya, mengenal dirinya berarti
sudah menundukkan dirinya agar berbuat selaras dengan alam semesta, selaras
dengan zat kasih sayang karena dirinya bukan Tuhan melainkan bagian dari KAMI.
He he he . . . Edan Tenan.
Muga Bermanfa’at.
Salam Rahayu kanti Teguh Selamat Berkah Selalu
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com
http://wongedanbagu.blogspot.com
Post a Comment