Kakang Kawah Adi Ari-Ari Dan Kekuatan Penuntun Menuju Jalan Sejati:
Kakang Kawah Adi Ari-Ari.
Kekuatan Penuntun Menuju Jalan Sejati:
Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
Jakarta Kamis 13 Nov 2014
“Sedulur Papat” yang sering disebut “Kakang Pembarep,
Kakang Kawah, Adi Ari-ari, dari hasil “othak-athik gathuk” dengan tingkat
pemahaman yang ada saat ini, maka tertuanglah wedaran sebagai berikut:
Empat saudara (kanda) dan satu musuh (kala) yang menemani
pribadi sesorang sepanjang perjalanan hidupnya adalah refleksi dari metamofosis
Dewa (kekuatan Hyang Widhi) yang datang pada peristiwa kelahiran manusia.
Menurut pemahaman kami, Dewa adalah perwujudan Kekuatan Hyang Widhi. Dewa Kala
adalah ego manusia. Sedangkan empat saudara penolong Manusia adalah Dewi Uma,
Dewa Iswara, Dewa Brahma dan Dewa Mahadewa.
Dalam Layang Joyoboyo disebutkan, ketika janin mau masuk
umur delapan bulan dalam kandungan, Gusti mengeluarkan kuasanya mencipta
asal-usul saudara empat :
1.Darah Putih, artinya Belas-Kasih.
2.Bungkus, artinya yang membuat kekuatan.
3.Ari-ari (placenta) yang menjaga sukma.
4.Darah Merah, yang melawan kondisi berbahaya.
Selanjutnya, Gusti mengeluarkan kekuasaannya membuat nama
saudara empat yang sejati, yang berada dalam raganya janin yaitu:
1.Djoborolo (sering disebut Djibril), berada di kulit.
2.Mokoholo (sering disebut Mikail), berada pada tulang.
3.Hosoropolo (sering disebut Isrofil), berada di nyawa.
4.Hodjorolo (sering disebut Izroil) berada dalam daging
janin.
Ketika umur janin hampir sembilan bulan, Gusti
mengeluarkan kekuasaannya membuat “rasa” bagi janin yaitu:
1.Budi, di dalam budi ada intelegensia.
2.Rasa (nurani), di dalam rasa ada sukma.
3.Intelegensia, didalamnya ada rasa.
4.Kehidupan, di dalam kehidupan ada “Aku”.
Dengan adanya kekuatan bawaan tersebut maka manusia tidak
perlu takut untuk hidup di bumi. Untuk menjaga kehidupan “Aku” di bumi yang
mulia, agar “Aku” memiliki kehidupan yang sempurna, Gusti telah memberikan
kekuatannya:
1.Djoborolo yang memberi sabda terhadapku.
2.Mokoholo yang memberi rasa terhadapku.
3.Hosoropolo yang memberi ingatan terhadapku.
4.Hodjorolo yang memberi bisikan hati terhadapku.
Untuk mencapai kesempurnaan sejati di tempat Gusti yang
maha suci, kita perlu berdoa, berusaha agar kekuatan-kekuatan yang ada dapat
membawa kita kembali kepada Gusti:
1.Hodjorolo yang melepaskan rasa dari raga.
2.Hosoropolo yang melepaskan sukma dari raga.
3.Mokoholo yang melepaskan pikiran/intelegensia dari
raga.
4.Djoborolo yang melepaskan budi dan sabda dari raga.
Kita perlu sadar, kita mempunyai raga dan beberapa
kekuatan yaitu, budi (pikiran yang terkendali, pikiran yang jernih), rasa,
ingatan dan bisikan hati.
Raga;
Kita sering mengidentifikasikan diri dengan raga, kulitku
sawo matang tinggi 170 cm, tinggi besar, mata hitam rambut ikal, tampan,
cantik. Itu semua adalah ragaku. Tetapi ketika kehidupan meninggalkanku itu
semua hanya jasadku. Dan aku bukan jasadku
Pikiran;
Kita sering mengidentifikasikan diriku dengan pikiran.
Aku adalah pikiranku. Memikir memicu keinginan, selanjutnya keinginan memicu
ucapan dan tindakan. Dan hasil yang dicapai tidak pernah abadi, kita terjerat
dengan kekuatan Sang Kala, sang waktu. Hari ini senang, tetapi ketika
kesenangan habis akan timbul kesedihan, kalaupun tidak tercapai kesenangan juga
akan timbul kekecewaan. Seandainya waktu tidak ada atau hanya bersifat ilusi,
maka kesenangan dan kesedihan akan jadi satu, dualitas. Dibalik kesenangan ada
kesedihan dan sebaliknya. Ketika aku sadar, ternyata aku bukan pikiran. Buktinya
pada waktu tidur lelap tak ada pikiran, aku tetap ada. Dalam keadaan meditatif
aku dapat memperhatikan pikiran, aku saksi dari pikiran. Pikiran hanya sebagai
alat. Tetapi sebelumnya, karena aku belum sadar aku menjadi budak dari
pikiranku. Aku mengalami susah dan senang ditentukan oleh pikiranku.
Kebahagiaan mulai muncul ketika ada celah antara dua pikiran. Kebahagiaan dari
dalam, bukan kesenangan dan kesedihan hasil dari pikiran. Dalam kondisi tenang
maka pikiranku menjadi jernih.
Emosi;
Emosi muncul ketika pikiran bertemu tubuh. Pikiran yang
kuat tentang kemarahan menimbulkan emosi marah yang merupakan reaksi tubuh
terhadap pikiran yang akan menyerang. Emosi adalah reaksi tubuh terhadap
pikiran. Kala pikiranku jernih maka emosiku juga tenang. Aku pun bukan emosiku.
Dalam keadaan meditatif aku dapat memperhatikan emosiku. Aku adalah saksi. Rasa
sejati yang penuh kasih.
Ingatan;
Memberdayakan ingatan. Ketika aku mencapai kesadaran yang
baru yang lebih tinggi, maka ingatan/kesadaran yang lama kubuang dan selalu
kuingat dan kupenuhi diriku dengan ingatan/pemahaman baru. Ketika seseorang
diberi nama baptis mestinya ingatan lama harus hilang dan dia hidup lahir
kembali dengan pemahaman kesadaran baru, ingat akan jati dirinya yang selaras
dengan nama Santo atau Santa yang diberikan kepadanya. Hidup baru dengan
kesadaran Kristus. Ketika seseorang diberi nama Muhammad di depannya,
kesadarannya pun harus diselaraskan dengan kesadaran Kanjeng Nabi Muhammad yang
maksum. Ketika seorang Raja diberi gelar Hamengkubuwono atau Pakubuwono, maka
ingatan kesadaran yang lama di buang dan dia harus hidup dan ingat selalu
dengan gelar yang diberikan kepadanya sebagai pemangku dunia. Hal ini sejalan
dengan ajaran Yang Mulia Atisha, bahwa setelah tercapai pemahaman tentang Kesadaran
Murni, Bodhi Chitta, maka tiba saatnya untuk membuang conditioning lama, dan
menggantinya dengan kesadaran baru. Memperbaiki mind dengan created mind dan
harus diterapkan dalam keseharian. Sehingga terjadi kelahiran kembali. Di India
ada tradisi seorang diberi nama baru. Seorang murid yang diberi nama baru harus
membuang conditioning lama dan hidup dengan conditioning baru sesuai nama
barunya.
Bisikan hati;
Bisikan hati/nurani. Ketika sampai pada suatu kesadaran
bahwa yang mengawasi dan membisiki adalah aku. Yang diawasi dan dibisiki adalah
aku, pengawasan dan bisikan adalah aku. Mungkin dirinya sudah mencapai
kesadaran itu. La Illah Illallah. Tidak ada sesuatu di luar Allah. Yang Ada
hanyalah Allah.
Penutup:
Yang penting bukanlah sekedar memahami, akan tetapi
bagaimana pemahaman itu dapat direalisasikan selamanya. Setelah memahami
semuanya, yang penting adalah melaksanakan pemahaman itu setiap saat, dan itu
bukan pekerjaan yang ringan. Itulah jihad yang sejati. Perlu kepasrahan kepada
Hyang Widhi. Dalam pandangan-Nya kita ini adalah anak kecil yang baru belajar
jalan yang tertatih-tatih. Semoga Gusti Allah berkenan membimbing. Semoga Guru
Sejati memandu kita. Semoga; Artikel tentang
Kakang Kawah Adi Ari-Ari dan Kekuatan Penuntun Menuju Jalan Sejati ini... Dapat bermanfaat bagi kita
semuanya. Sebagai wawasan dan tambahan
pengalaman. Salam kasih damai nan bahagia selalu kanti Teguh Rahayu Slamet
Berkah Selalu dari saya untukmu sekalian
yang terberkahi Allah Ta’ala. Amiin dan Terima kasih.
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
http://webdjakatolos.blogspot.com
Post a Comment