Gunungku Tempat Uangku ( pesugihan G.kemukus )
Gunungku Tempat Uangku ( pesugihan G.kemukus )
Oleh: Wong Edan Bagu.
Gunung Kemukus, Sragen, Jawa Tengah. Kawasan itu dikenal
bukan karena keindahan alamnya. Ratusan bahkan ribuan dari berbagai kota datang
ke sana hanya untuk berziarah dan ritual pesugihan. Pelaksanaan ritual
sebenarnya bisa dilaksanakan setiap hari. Namun, terdapat hari-hari tertentu
yang dipercaya membawa berkah tersendiri. Misalnya, saat malam Jumat Pon dan
malam Satu Suro.
Lokasi utama yang dituju para peziarah adalah makam Pangeran
Samudro dan para pengawalnya. Konon, Pangeran Samudro adalah seorang pangeran
dari Kerajaan Majapahit. Tapi ada pula yang menyebut dia dari zaman Pajang. Dia
jatuh cinta kepada ibu tirinya, Dewi Ontrowulan. Ayahnya yang mengetahui
hubungan anak-ibu itu menjadi murka. Pangeran Samudro lantas diusir. Dalam
kenastapaannya, dia mencoba melupakan kesedihannya dengan melanglang buana.
Akhirnya ia sampai ke Gunung
Kemukus.
Tak lama kemudian, sang ibu menyusul anaknya ke Gunung
Kemukus untuk melepaskan kerinduan. Namun nahas, sebelum sempat berhubungan
badan, penduduk sekitar memergokinya. Keduanya dirajam beramai-ramai hingga
akhirnya tewas. Keduanya kemudian dikuburkan dalam satu liang lahat di gunung
itu. Tapi menurut cerita, sebelum menghembuskan napasnya yang terakhir Pangeran
Samudro sempat meninggalkan sebuah pesan. Ia berujar,”siapa saja yang dapat
melanjutkan hubungan suami-istrinya yang tidak sempat terlaksana itu akan
terkabul semua permintaannya”.
Ada pula yang meyakini kuburan itu adalah milik Syeikh Siti
Djenar. Dia dihukum para wali karena dianggap menyebarkan ajaran sesat. “Dia
dieksekusi di situ,” kata KRHT Kresno Handayaningrat, tokoh budaya setempat.
Memang, tak ada catatan sejarah mengenai sosok Pangeran
Samudro. Namun, mitos telah telanjur berkembang. Orang yang mengunjungi makam
Sang Pangeran dipercaya memperoleh berkah, berupa jabatan dan harta kekayaan.
Tentu saja menjalankan ritual pesugihan di tempat itu adalah
hak masing-masing peziarah. Sayangnya, ritual itu kemudian berkembang dengan
bumbu seks bebas yang dilakoni sebagian peziarah. Lagi-lagi kegiatan menyimpang
tersebut dipengaruhi mitos. Pangeran Samudero juga berbuat yang sama dengan ibu
tirinya di sana.
Nanti malam adalah malam Jumat Pon. Para peziarah mulai
bersiap untuk melakukan ritual pesugihan di Makam Pangeran Samudro. Sebelum
memasuki arel makam, para peziarah harus mengunjungi Sendang Ontrowulan dan
Sendang Taruno. Di sana, mereka membersihkan diri, seperti yang dilakukan Dewi
Ontrowulan ketika akan menemui Pangeran Samudro.
Jika pembersihan diri telah dilaksanakan, para penziarah
menemui kuncen Sendang. Mereka meminta restu dan mengutarakan permintaan
sebelum mendatangi makam. Saat itu, sebagian peziarah membawa pasangan di luar
nikah. Kelak, beberapa pasangan dadakan tersebut akan berhubungan seks yang
dipercaya sebagai prasyarat ritual.
Lain lagi menurut Hasto Pratomo, juru kunci atau kuncen
senior makam. “Tidak ada syarat tertentu hanya bawa bunga. Dengan panduan juru
kunci kita berdoa. Tawassul atau tahlil supaya dapat barokah,” kata dia.
Kini, tiba saatnya bagi para peziarah untuk melaksanakan
ritual di makam Pangeran Samudro. Tidak ada panduan resmi, bagaimana ritual
harus dilakukan. Yang jelas, para peziarah harus menyampaikan maksud kedatangan
dan mengutarakan permintaan yang diinginkan. Tentu saja, tidak semua peziarah
melakukan seks bebas usai melakukan ritual di makam Sang Pangeran. Namun, tak
sedikit di antara mereka melakukan hal itu.
Bagi peziarah yang percaya harus melakukan seks bebas di
sekitar komplek makam, tersedia kamar-kamar yang disewakan. Jika kebetulan
tidak mempunyai pasangan dadakan, para penyedia jasa penyewaan kamar juga
menyediakan wanita teman kencan. “Awalnya malu, tapi kalau dua kali tiga kali
sudah biasa dan seperti suami isteri,” Miswan, seorang peziarah.
Mitos tentang seks bebas sebagai prasyarat pesugihan di
Gunung Kemukus akhirnya menyuburkan prostitusi. Para pekerja seks komersial
menjadi teman kencan bagi para penziarah yang tidak mempunyai pasangan. Tak ada
yang melarang aktivitas seks atau sekedar minum minuman keras dan berjudi di
sana. “Meski ada plang larangan judi, asusila, dan minum, buktinya tidak
apa-apa,” kata Wuni, seorang PSK.
Masyarakat di sana juga tidak merasa terganggu. Apalagi,
mereka mendapatkan uang dari aktivitas itu. “Pendapatan masyarakat dari sewa,
jual makanan. Masalah gituan tidak ada masalah,” ujar Dharmanto, kepala Dusun
Kemukus.
Prostitusi sebagai dampak mitos ritual seks bebas di Gunung
Kemukus sebenarnya telah disadari pemerintah dan kepolisian Sragen. Namun,
sejauh ini kedua instansi tak berdaya karena keuntungan ekonomis dari kegiatan
tersebut telah menjadi sumber pendapatan warga sekitar.
Meski demikian, bukan berarti aktivitas itu dibiarkan. “Kita
tidak mungkin melakukan secara frontal, harus ada pembelajaran yang manusiawi
dengan mengangkat kesejahteraan warga,” tutur Kepala Kepolisian Sragen Ajun
Komisaris Besar Polisi Charles Ngili.
He he he . . . Edan Tenan.
Muga Bermanfa’at.
Salam Rahayu kanti Teguh Selamat Berkah Selalu
Ttd:
Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
http://putraramasejati.wordpress.com
http://wongedanbagu.blogspot.com
Post a Comment