Asal muasal Kekuatan Manusia:
Asal muasal Kekuatan Manusia:
Oleh: Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
Jakarta Kamis 13 Nov 2014
Mengupas : ASAL-USUL KEKUATAN YANG TERDAPAT DALAM TUBUH
MANUSIA;
Kitab Mizanul Qubro secara luas menerangkan, bahwa dalam
kesempurnaan yang terdapat dalam tubuh manusia. Allah SWT memberikan kapasitas
lebih.
Seperti apakah kajiannya…?
Lewat pemaparan yang saya ambil dari kandungan Syahadat
Majmal ini, dan dengan pendalaman arti yang terkandung di dalamnya,
sesungguhnya asal usul manusia diciptakan dari sifat tanah yang dibentuk sangat
sempurna oleh keagungan sifat AF’ALULLOH. Dari kesempurnaan inilah manusia juga
diberi kelebihan berbagai macam pengetahuan dan ilmu yang sangat luas. Hal ini
terjadi jauh sebelum Allah SWT menciptakan wujud bumi dan jagat raya umumnya,
yang diciptakan lewat Nur Muhammad SAW. Jauh sebelumnya, Nur Muhammad SAW sudah
diciptakan terlebih dahulu di Alamul Jannah Majazi atau Surga Majazi.Dengan
ke-Esaan dan keagungan-Nya, Allah SWT menciptakan manusia dengan segudang
kelebihan dan kesempurnaan bentuk yang memadai. Bahkan, jutaan tahun sebelum
perintah sholat diwajibkan untuk seluruh umat di dunia, lewat wasilah yang
disampaikan oleh utusan terakhir Muhammad SAW, Allah SWT sudah menerapkan arti
sholat tersebut ke tubuh manusia di saat bentuk manusia baru diciptakan. Seperti
saat menciptakan bentuk daging, Allah SWT menciptakannya dengan “asma
takbiratul ikrom” yaitu Allohu Akbar.
Demikian juga tatkala membuat bentuk napas Allah SWT
menciptakannya dengan “asma ruku” yaitu Subhanarobbiyal ‘Adzimi Wabihamdih.
Lalu di saat menciptakan bentuk tulang belulang Allah SWT, juga menciptakannya
dengan “asma sujud” yaitu Subhanna robbiyal a’laa wabihamdih. Dan di saat
menciptakan bentuk kulit Allah SWT menciptakannya dengan “asma lungguh” yakni
Robbigfirli warhamni wajburni warfa’ni warzuqni wahdini wa ‘afini wa’fu ani.
Lewat sebuah kesempurnaan yang dimiliki oleh tubuh
manusia, akhirnya Allah SWT memberikan tugas mulia kepada mahluk ciptaan-Nya
ini yaitu dengan bersaksi mengucapkan dua kalimah syahadat, berpedoman pada
kewajiban sholat, mengikhlaskan harta bendanya untuk tujuan mulia, mengisi
badan lewat jalan berpuasa, dan mensucikan diri lewat kebersihan haji.
Dari struktur yang dapat diserap oleh tubuh manusia,
Allah SWT juga menciptakan bentuk kekuatan yang menjadi prioritas sifat manusia
itu sendiri, yaitu dengan berbagai macam bentuk ilmu.
Nah, dalam bentuk ilmu ini Allah SWT memberikannya suatu
sifat Cahaya dan Api, yang ada dalam setiap tubuh manusia. Seperti halnya sifat
Cahaya Allah SWT menempatkannya dalam bentuk keyakinan, kekuatan bathin,
penghayatan ilmu bersifat Robbani dan Derajat menuju khusnul khotimah.
Sedangkan sifat Api sendiri ditempatkan dalam sifat
manusia sebagai semangat hidup yang bermanfaat. Seperti semangat dalam mencari
duniawiyah, ilmu yang menjadi landasan hidup, keras dalam disiplin, tegas dalam
menegakkan prinsip, luwes dalam menata ilmu dan segala hal bersifat
supranatural dan lain sebagainya.
Dalam pengasahan sifat Cahaya dan Api ini manusia pada
akhirnya akan bisa membentuk wujud ilmu yang nyata, seperti: ilmu supranatural
dan dhaukiyatul ma’arif. Tentunya dengan dibantu semangat yang tinggi, tekad
membaja, keyakinan yang memadai dan menjauhkan dari kemalasan.
Kitab Mizanul Qubro secara luas menerangkan, bahwa dalam
kesempurnaan yang terdapat dalam tubuh manusia Allah SWT memberikan kapasitas
lebih, yaitu, dengan memberikan keluasan ilmu pada 6 tingkat yang diambil dari
sifat alam, yakni: Gunung, Besi, Api, Air, Angin dan Hawa.
1. Gunung;
Mencerminkan bentuk yang kokoh dari tubuh manusia yang
sangat kuat. Dari sifat gunung ini pula manusia dapat menampung segala ilmu dan
bisa menahan segala badai, mara bahaya dan azab-azab kecil dari peringatan
Allah SWT, serta bisa menjauhkan dari berbagai hal yang tidak diinginkan lewat
doa-doa tulus dari hati yang selalu dibawanya sejak lahir hingga tutup usia.
Dari sifat ini juga manusia mulai ditugaskan oleh Allah
SWT, untuk mengenal arti ilmu yang bersifat lahiriyah maupun bathiniyah.
Terutama dalam keluasan akal dan penghayatan bathin menuju tahkikul ilmi atau
wujud dari semua bentuk ilmu, sehingga dengan adanya bentuk tubuh ini apapun
bisa diraihnya sebagai suatu keberhasilan hidup yang diinginkan.
Namun dalam kenyataannya, sifat Gunung yang terdapat
dalam diri manusia ini belumlah sempurna, sebab sifat gunung sendiri kalah
dengan sifat “Besi”.
2. Besi;
Mencerminkan bentuk yang keras dari sifat manusia di
dalam segala hal, sebab dalam hal pemaparan ilmu pengetahuan alam sendiri jelas
ditegaskan, bahwa sifat Besi lebih keras dari sifat yang terdapat dari wujud
perbatuan.
Lewat sifat Besi ini, manusia mulai dituntut untuk
memegang peranan dalam kedisiplinan dan penataan hidup secara akurat, baik
dalam memulai suatu karir atau pembelajaran masalah keilmuan.
Namun dalam pandangan ahli sufi, sifat Besi ini yang
terdapat dalam diri manusia adalah perjalanan awal menuju apapun keinginan yang
dimaksud untuk bisa tercapai, hanya saja dalam menginginkan sesuatu yang lebih,
manusia tidak boleh berhenti hanya di sifat ini, melainkan harus terus menapaki
ilmu yang lebih tinggi. Sebab sifat Besi masih kalah dengan sifat Api.
3. Api;
Mencerminkan sifat berani yang terdapat dalam diri
manusia. Maksud dari sifat Api di sini, adalah pembentukan dari 4 sifat asal
yang terdapat dalam struktur watak manusia (nafsu hak, nafsu hayawaniyah, nafsu
syaithoniyah, dan nafsu muthmainnah).
Dari keempat nafsu ini manusia dituntut untuk
mengendalikan nafsu-nafsu tersebut menuju sifat yang positif. Seperti,
membangun badan kita lewat semangat berdzikir, semangat dalam mencari ilmu,
semangat dalam memohon dan semangat dalam menorehkan segala bidang, baik yang
bersifat riil maupun bersifat bathiniyah.
Sebab asal usul sifat api yang diciptakan oleh, Allah
SWT, sebagian besar diarahkan ke sifat semangat sebagai pembakaran diri menuju
bentuk kesuksesan di kemudian hari.
Hanya saja dalam merilis kehidupan yang lebih mapan,
setiap manusia dituntut untuk terus mencari apa yang menjadi keinginan selanjutnya
yang lebih tinggi. Sebab dalam pandangan ahli sufi sendiri menilai sifat ini
sebagai tingkat pemula dalam pengenalan ilmu Allah.SWT, menuju derajat yang
lebih mulia. Sebab sifat Api masih bisa dikalahkan dengan sifat Air.
4. Air;
Mencerminkan sifat kelembutan yang terdapat dalam diri
manusia. Sifat ini menurut ahli sufi disebut dengan istilah Thoriqul Qolbi yang
berarti “penataan hati”.
Bila seseorang telah mencapai sifat ini, niscaya apapun
bentuk ilmu akan bisa diwujudkan secara nyata. Karena sifat Air bisa menyatu di
manapun dia ditempatkan, baik di tanah, bebatuan, pohon, langit, dan
lain-lainnya. Seperti halnya sifat ilmu yang terserap di tubuh manusia karena
keluasan akal dan penghayatan bathin yang tinggi. Sifat Air ini akan mudah
menyerap di berbagai bentuk ilmu yang diinginkan, sehingga tanpa sadar, lambat
laun diri kita akan menjadi hamba Allah SWT, yang mempunyai banyak kelebihan,
terutama dalam hal ilmu bathiniyah. Hanya saja sifat Air ini harus terus diasah
hingga sampai menuju sifat ilmu yang lebih tinggi. Karena sifat Air di sini
masih kalah dengan sifat yang terdapat dari wujud Angin.
5. Angin;
Mencerminkan keluasan ilmu dalam diri manusia secara
menyeluruh. Sebab Angin di sini disebut sebagai sifat raja dari semua sifat
alam. Seperti halnya kekuasaan seorang raja diraja, sifat Angin ini bisa
mengontrol dan mengatur segala sifat alam. Seperti, mampu merobohkan kekuatan
gunung, menerbangkan sifat Bumi, membesarkan sifat Api dan menarik sifat Air
yang menjadikannya lautan air bah.
Dalam hal sifat ilmu, Angin ini disebut juga dengan sifat
ma’rifatillah, dimana sifat ma’rifatillah ini adalah wujud kesempurnaan dari
bentuk pemahaman manusia dalam mengolah segala hal bidang ilmu bersifat Robbani
yaitu, lewat sebuah pemahaman, kesolehan, kezuhudan, menjauhkan sifat
duniawiyah dan hanya difokuskan dalam satu tujuan, yaitu, hanya mengenal
kebesaran Allah SWT.
Namun dalam keluasan secara hakiki, sifat seperti ini
belum dikatakan sempurna sekali sebab masih ada yang mengalahkannya, yaitu,
sifat Hawa.
6. Hawa;
Mencerminkan kebersihan hati yang terdapat dalam diri
manusia, sifat ikhlas sendiri menurut para sufi disebut sebagai Kamil
Baenassama Wal Ardh (kesempurnaan ilmu yang mampu menguasai antara langit dan
bumi).
Dalam hal kesempuranan sifat ilmu, sifat Hawa di sini
adalah penggabungan seluruh sifat alam yang sudah dikuasai secara lahir dan
bathin, sehingga baik dari ucapan, tingkah laku maupun keinginan kita akan
terkabul dengan sendirinya seiring kedekatan hati dengan sifatulloh, afalulloh,
dzatulloh kian menyatu.
Dengan segala pembedaran sifat alam tadi, pada intinya
adalah untuk mengajak manusia hidup, bahwasanya semua ini bisa tercapai,
apabila manusia itu sendiri mau berkorban untuk semangat dalam menjalani hidup
yang penuh dengan tingkatan demi tingkatan yang harus dilaluinya.
Nah, semoga dengan pemaparan yang Penulis berikan, kita
semua menjadi paham dan mau menjalankan apa yang menjadi tuntutan hidup kita
sendiri. Semoga; Artikel tentang Asal
muasal Kekuatan Manusia ini... Dapat
bermanfaat bagi kita semuanya. Sebagai
wawasan dan tambahan pengalaman. Salam kasih damai nan bahagia selalu kanti
Teguh Rahayu Slamet Berkah Selalu dari
saya untukmu sekalian yang terberkahi Allah Ta’ala. Amiin dan Terima kasih.
Ttd: Wong Edan Bagu
Putera Rama Tanah Pasundan
http://webdjakatolos.blogspot.com
Post a Comment